Kelas kembali usai, aku sudah menyeret kursi lebih dekat
ke arah dinding kaca, ingin melihat taman dengan lebih jelas, kulihat pinti
ruangan yang tertutup. Aku tersenyum menertawakan pikiranku sendiri yang
sedikit berharap minho benar-benar datang. Bodohnya aku mempercayai kata-kata
klise seperti itu.
Perlahan aku duduk di kursi, tapi saat memandang piano
disamping kiriku terlintas ingin memainkannya. Saat jari-jari ini memainkan
nada-nada favoritku, aku tersenyum dan tanpa sadar mulai bersenandung sendiri.
Music adalh obat yang paling mujarab jika ingin mengubah mood, saat sedih
mendengarkan lagu ceria, aku akan tersenyum, saat haru mendengarkan lagu sedih,
aku akan menangis. Cintaku pada music mungkin memang tak sedalam musisi atau
penyanyi lain, tapi bahkan seharipun tak pernah terpikir hidupku tanpa alunan
music.
Eh..
Aku mendengar tepukan tangan seseorang saat jariku
menyentuh nada terakhir laguku. Aku menoleh kaget. Astaga! Dia disana, duduk di
kursi yang kuseret tadi dan sedang memandangku tersenyum.
“keren..” ucapnya, tapi kata itu sudah membuatku
terbelalak. “ka..kau..”
Dia tersenyum, “wae? Kau tidak sadar aku disini?”
tanyanya, aku berdiri, mengatur napasku.
“apa yang kau lakukan disini??” tanyaku lantang
“melihatmu bermain piano, kan?” jawabnya memastikan
“maksudku kenapa tiba-tiba kau kesini? Kau kan tidak
pernah kesini? Lagipula handphone mu kan sudah kukembalikan” kataku lagi, aku
benar-benar tak habis pikir kenapa dia harus ada disini.
“kata siapa aku tidak pernah kesini, ini kan kelasku
juga~ aahh~ tapi biasanya aku duduk disana, bukan disini..” katanya menunjuk
pohon ditaman dekat kelas yang juga dapat melihat danau dari sana. “mwo?” aku
masih tak mengerti
“ya sudahlah kalau kau tak mengerti..” jawabnya cuek
memandang keluar.
Kami terdiam, tapi akhirnya aku membuka pembicaraan, “kau
tidak punya skejul dengan SHINee?” dia menggeleng “sedang tidak ada, nanti
malam ada di mubank” dia mulai mengotak atik hapenya. “memangnya SHINee selalu
sesantai ini?” dia menggeleng lagi, “baru hari ini skejul kami Cuma satu..
memang kenapa?” tanyanya menatapku.
“kau tidak lelah?”
“lelah”
“sangatkah?” dia mengangguk
“tapi sangat menyenangkan..” tambahnya, aku mengangguk
“kau, apa yang kau pikirkan setiap melihat itu..”
lanjutnya menunjuk keluar, “eung..? taman itu?” dia mengangguk
“haengbok,,” jawabku, dia menoleh minta penjelasan
“hmm.. molla~ aku hanya merasa sangat bahagia saat
melihatnya..” jawabku jujur, dia tersenyum dan memandang keluar lagi, “olmana
choha?” tanyanya “neomuu~~” jawabku menunjujkka aegyoku. Dia mengangguk paham.
Kami terdiam lagi, “eumm.. minho ssi..” dia menoleh,
“waktu itu.. maaf~~” ucapku menunduk, “waktu itu?” dia seperti tak mengerti
maksudku, kuingatkan saat pertama kali kami bertemu. Wajahnya tiba-tiba merah
“haha.. oh, waktu itu, aku juga minta maaf, saat itu mood ku sedang buruk..”
katanya, aku tersenyum, lega.
Aku perlahan beranjak, dia melihatku “aku harus pulang..”
kataku, “wae? Ini kan belum sore..” tanyanya “aku harus kerja” jawabku dan
bersiap-siap pergi.
“hmm.. shinji ssi..” ucapnya menghentikanku, aku menoleh
“ne ?”
“kau sudah punya pacar?” aku menyengit, “ani, wae?”
“mau, jadi pacarku?” aku tersentak, hampir menendang kaki
kursi didepanku, “ne..????”
Dia berdiri dan berjalan kearahku, “handphone..” katanya
meminta hapeku, kuserahkan tanpa perlawanan (?), dia menyimpan nopenya di
hapeku dan menelpon hapenya.
“nanti ku telpon..” ucapnya mengembalikan hapeku dan
pergi. Aku hanya membeku, tidak tau harus berbuat apa.
***
“tidak boleh?” tanyaku, dia mengangguk
Aku hanya menunduk dan pergi. Coba tebak, aku sudah
berpacaran dengan member terkeren di SHINee setelah 3 kali bertemu dengannya,
atau 4 ya? Yang jelas akupun tak bisa mempercayainya samapai sekarang. Kami
hanya bertemu sekali seminggu di hari jumat, karena hanya hari itu dia tidak
ada jadwal siang. Itupun bertemu di kelas seni, saat semua orang sudah pulang.
Yang kami lakukan hanya berbicang dan memandang taman,
dia tidak mau di ajak duduk ditepi danau karena akan langsung dikerubutin
teman-temannya, kami tidak bisa pergi kemanapun karena mata gadis-gadis
dikampus yang selalu online dimanapun ada jejak minho.
Bahkan dia hanya
menelponku sekali seminggu dan itu adalah hari sebelum kami bertemu untuk
memastikan. Aku bahkan dilarang menelponnya atau mengirim pesan padanya, dia
bilang banyak yang akan mencoba membongkar hapenya. Dia benar-benar tertutup,
atau ‘kami’ yang benar-benar tertutup. Bahkan saat aku tanya apakah member
SHINee tahu kami pacaran pun ia menggeleng.
Hari ini ia akan syuting dream team didekat tempat
kerjaku, aku ingin melihatnya, tapi jawabannya tetap sama. “tidak boleh”
Aku hanya tertunduk lesu dan pergi. Aku merasa ini
terlalu menyebalkan.
***
''sudah tidur?''
''hmm''
''lelaah yaa??''
''hmm...''
''hhhh... Baiklah, cepat
tidur.. Sampai besok''
tiiitt....
Kututup telponku dengan malas,
begini lagi..
Selalu seperti ini...
Sudah beberapa bulan ini minho sibuk
dengan kegiatan SHINee di jepang, bahkan seharipun tak ada waktu kosong untuk
beristirahat, dia jadi temperamen. Saat pulang ke seoul juga selalu marah saat
aku salah bicara. Aku tak tahu harus bagaimana menghadapinya. Sikapnya disetiap
acara yang diikutinya dengan dihadapanku selalu berbeda, dia sudah jarang
sekali tersenyum saat bertemu denganku. Hatiku sudah mulai hancur.
“opseoyo...”
aku tersentak mendengar jawabannya, aku sedang mendengarkan radio saat DJ
menanyakan kekasih anggota SHINee, minho terdengar sangat yakin dan langsung
menjawab tanpa berpikir. Semua bertepuk saat mendengar jawabannya. Tapi
serpihan hatiku yang terakhir sudah hancur. Gomawo minho ssi.
***
Dia menelponku lagi, ck.. aku tak akan
mau lagi mengangkatnya, untuk apa? Bahkan semua teman-temanku membencinya saat
kuceritakan bagaimana kelakuannya pada kekasihnya, yah well.. aku tidak
menyebutkan itu choi minho, aku hanya menceritakan sikap seorang cowok kepada
ceweknya dan semua teman-teman wanitaku menganggap dia sudah kelewatan.
“hubungan tanpa diketahui orang lain?
Apa itu tidak terlalu aneh? Bahkan teman-teman dekatnya juga tidak boleh
tahu??” sora menatapku, aku mengangguk
“wah... itu aneh, bahkan kekasihnya
(aku maksudnya) tidak boleh menelpon atau mengirim pesan??” Yeomi menatapku,
aku mengangguk lagi
“ckck.. ini benar-benar mencurigakan,
bahkan dia tidak pernah mencium atau bersikap mesra??” Myung eonni menatapku,
aku menggeleng
“whooaaahhh... apa yang seperti itu
bisa disebut berpacaran???” tanya je neul tidak percaya.
Aku baru sadar setelah mendengar
pendapat mereka, sebenarnya apa artinya aku dimata choi minho itu. Yang pasti
dia tidak mungkin benar-benar mencintaiku, tidak mungkin...!!!!
“ya..!!! shinji ssi..!!!” terdengar
pintu menjeblak terbuka, aku tersentak kaget. Ku lihat minho berdiri dengan
wajah kesal. “mwoya??” tanyaku datar kembali memandang keluar.
“kenapa tidak mengangkat telponku??!!
Kenapa tidak membalas pesanku??!!! Apa kau gila??!!!” bentaknya kasar
didepanku, menutupi pandangan mataku ke taman didepan sana. Aku menatapnya,
benci. Tampaknya dia juga terkejut melihat ekspresi wajahku.
Aku berdiri menatap langsung kematanya,
“ ya~ choi minho ssi... apa kau mencintaiku?” dia berkedip, tak menjawab. “apa
kau menyukaiku?” tanyaku lagi, dia masih diam. Aku tersenyum, pahit. Ku tahan
air mata yang sudah berbulan bulan aku tahan, “baiklah, handphone..” ucapku
meminta handphonenya, dia masih mematung, ku ambil handphone dikantung celananya,
ku hapus no hape ku dan kuserahkan lagi padanya. “mulai sekarang, aku akan
menganggap tak pernah mengenalmu..” kataku melangkah pergi darinya.
“ige mwoya??!!!!” bentaknya lagi, aku
menghentikan langkahku, “siapa yang menyuruhmu pergi??!!” tanyanya menarik
tanganku, aku menepisnya.
“wae? Apa aku tidak boleh pergi? Apa
aku harus selalu menuruti mu? Apa aku tak boleh melakukan apa yang ingin aku
lakukan? Apa aku tidak boleh menelpon orang yang sudah memintaku menjadi
pacarnya? Apa aku tidak boleh dianggap menjadi seorang kekasih?? Apa kau pikir
aku ini hanya wanita bodoh..???!!! jawab akuuu...!!!!!!!” teriakku bersama
dengan pecahnya air mata yang sudah coba kutahan, dia terlihat sangat kaget.
“kau tidak mencintaiku kan??? Kau juga
tidak menyukaiku kan??? Bahkan kau tidak tahu apa-apa tentangku.. iya kan???
Choi minho ssi..!!!”
“geurae, kau juga tidak sepenuhnya
salah... aku yang bodoh sudah mempercayaimu, mengharapkanmu, sampai aku tidak
bisa berpikir dengan jernih...” kuusap air mataku.
“shinji ah~” dia menatapku
“aku lelah... mian...” kupaksakan
kakiku melangkah pergi dari tempat itu, kuusap air mataku dengan keras, aku
tidak akan menangis..!!
Selamat tinggal choi minho~~.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar