Minho pov
“aku lelah... mian...”
deg...
kulihat wanita itu melangkah pergi dan
menghilang dari hadapanku. Aku belum bisa bergerak, beberapa saat lalu akulah
yang marah karena dia mengabaikan telpon dan pesanku. Tapi sekarang aku yang tak
bisa berkata apapun.
Wanita itu saudara jauh kekasih hyung
ku, kim jonghyun.. saat pertama kali mengetahuinya aku ingin tertawa, tapi
moodku sedang jelek hari itu. Jadi kami bertemu dengan kesan yang buruk. Sebenarnya
aku sudah sering melihatnya duduk sendiri diruang kelas seni sambil tersenyum
memandang taman kampus didepannya, tapi tak kusangka dia adalah saudara
saekyung nunna.
***
Aku sengaja, memang aku sengaja
meninggalkan hapeku disana, aku ingin ngobrol dengannya tapi dia terlihat
menghindariku, jadi sengaja ku tinggalkan hapeku agar dia mencariku, haha.. dan
itu berhasil, aku bisa bertemu dan bicara dengannya.
Aku memintanya jadi pacarku, itu
benar-benar tidak direncanakan, aku pun terkejut saat tiba-tiba aku memintanya
menjadi pacarku, aku tidak memikirkannya dengan baik.
Bosan, hanya bertemu saat senggang,
hanya ngobrol yang tidak penting, aku bosan, dia berkali-kali tanya apakah
boleh memberi tahu orang lain kalau kami pacaran.. oh tentu tidak, karirku
terancam kalau orang tahu pacarku adalah dia, itu akan memalukan, begitulah
menurutku. Belum lagi daftar tempat yang ingin ia kunjungi dan beberapa menu
makanan yang ingin ia buat untukku, terlalu berlebihan, menurutku.
Benar-benar menjemukan pacaran dengan
wanita seperti dia, aku mulai berpikir kenapa dulu sampai memintanya menjadi
pacarku, padahal aku bahkan tidak memiliki rasa apapun padanya. Bagaimana cara
memutuskan ini ya?
Sial, kenapa tiba-tiba dia tidak
mengangkat telponku? Tidak membalas pesanku? Memang dia pikir dia siapa?
Cuihh..
Aku mencarinya, akan kukatakan padanya
aku tidak pernah menyukainya, biar dia rasakan..! seenaknya saja mengabaikanku.
Ku buka pintu ruang seni dengan keras,
aku sengaja agar terdengar dramatis. Ilmu yang kudapat dari seni peran.
“ya..!!! shinji ssi..!!!” panggilku
agak keras, aku ingin membuatnya tahu kalau aku sedang marah. “mwoya??”
tanyanya datar kembali memandang keluar. Eh.. kenapa tanggapannya cuek sekali,
hatiku mulai kesal.
“kenapa tidak mengangkat telponku??!!
Kenapa tidak membalas pesanku??!!! Apa kau gila??!!!” bentakku kasar setelah
berdiri didepannya. Dia menatapku, benci. Aku kaget, wajahnya benar-benar
berbeda, dia terlihat sangat membenciku.
Dia berdiri menatap mataku, “ ya~ choi
minho ssi... apa kau mencintaiku?” aku berkedip, tak menjawab. “apa kau
menyukaiku?” tanyanya lagi, aku masih diam, masih kaget dengan perubahan
sikapnya. Kulihat dia tersenyum, pahit.
“baiklah, handphone..” ucapnya meminta
handphoneku, aku masih mematung, bahkan aku tidak bisa mengingat dimana
kuletakkan handphone ku tadi, di ambilnya handphoneku dikantung celana, ku lihatnya
menghapus no hape dan diserahkannya hape itu padaku, tanganku refleks
menerimanya.
“mulai sekarang, aku akan menganggap
tak pernah mengenalmu..” katanya melangkah pergi dariku, aku tersadar,
tiba-tiba panik melandaku, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya
ingin menghentikannya.
“ige mwoya??!!!!” bentakku tiba-tiba,
dia menghentikan langkahnya, “siapa yang menyuruhmu pergi??!!” tanyaku menarik
tangannya, dia menepisnya.
“wae? Apa aku tidak boleh pergi? Apa
aku harus selalu menuruti mu? Apa aku tak boleh melakukan apa yang ingin aku
lakukan? Apa aku tidak boleh menelpon orang yang sudah memintaku menjadi
pacarnya? Apa aku tidak boleh dianggap menjadi seorang kekasih?? Apa kau pikir
aku ini hanya wanita bodoh..???!!! jawab akuuu...!!!!!!!” teriaknya bersama dengan
pecahnya air matanya, aku sudah tidak bisa berpikir lagi, tubuhku bergetar saat
melihatnya menangis dihadapanku.
“kau tidak mencintaiku kan??? Kau juga
tidak menyukaiku kan??? Bahkan kau tidak tahu apa-apa tentangku.. iya kan???
Choi minho ssi..!!!” dia benar, dia benar... hanya itu yang bisa aku pikirkan..
bahkan aku baru sadar aku tak tahu apapun tentangnya, hatiku menciut.
“geurae, kau juga tidak sepenuhnya
salah... aku yang bodoh sudah mempercayaimu, mengharapkanmu, sampai aku tidak
bisa berpikir dengan jernih...” dia mengusap air mata dengan kasar. Aku ingin
membela diri, tapi tidak bisa, aku ingin minta maaf, tapi untuk apa? Aku bahkan
tidak bisa menentukan apakah aku melakukan kesalahan atau tidak.
“shinji ah~” aku menatapnya, memintanya
menungguku berpikir dulu, tapi sia-sia.
“aku lelah... mian...”
Ucapan terakhirnya membuat dadaku
seperti dihantam balok besar, aku mematung menatapnya menghilang dari
hadapanku. Apa yang terjadi padaku????
POV end
***
***
Aku terlambat lagi, sial.
Beberapa hari ini harus lembur kerja, sunbaeku
sedang cuti menikah, jadi aku kerepotan mengerjakan dua pekerjaan sekaligus,
bahkan sampai melupakan kalau hari ini ada ujian, ah~ benar-benar menyebalkan.
Bruukkk....
“auchh~~” aku meringis memegang
keningku, iishh.. kenapa pakai acara menabrak segala sih.
“ah mian,” ku dengar suara berat
seorang pria yang sekarang sedang membantuku mengambil buku-bukuku yang jatuh.
“gwenchana~” balasku berusaha tersenyum, cepat ku ambil buku-bukuku dan pergi
kekelas, aku hanya memikirkan wajah tu Mr.Lee yang akan sangat judes kalau aku
sampai terlambat lagi. Tak kuhiraukan pria itu, yang sekarang tersenyum
memandang kepergianku.
Untungnya mood Mr. Lee sedang baik hari
ini, dan ujian berjalan dengan lancar. Kulangkahkan kaki dengan riang, sudah
sebulan setelah berakhirnya hubunganku dengan minho, dan untungnya aku tak
pernah bertemu dengannya, kudengar SHINee sedang sangat sibuk dengan album
jepang mereka. Baguslah..
Kulihat ruang seni dari jauh, sudah
kosong.. ingin rasanya duduk disana seperti dulu, tapi saat masuk lagi kedalam
ruangan itu, aku selalu merasa dia akan datang, itu membuatku tak nyaman lagi. Ah..
sudahlah aku harus segera kembali kecafe tempatku bekerja, sebentar lagi sore,
pasti akan ramai.
“esspreso special satu ya..” aku
mengangguk paham, “semuanya 4000 won..” ucapku meminta bayaran pada seorang
pria yang tersenyum jahil padaku, aku berkedip, mencoba berpikir apakah hari
ini ada yang aneh padaku.
“jadi kau bekerja disini?” keningku
berkerut, antara bingung dan kaget, setahuku pria ini cho kyuhyun kan? Member
super junior? Iya bukan sih? Tapi kenapa dia seperti sudah mengenalku, “ne ?”
jawabku bingung, dia menyerahkan uang kepadaku, “kalau sudah sepi, mari
ngobrol..” katanya tersenyum dan duduk dibangku cafe yang dekat dengan jendela
tapi tersembunyi, aku masih mematung. Apa-apaan dia..!!
Aku duduk didepannya, menunggu
reaksinya, tapi dia hanya tersenyum simpul dan kembali sibuk membaca majalah.
“apa kau mengenalku?” tanyaku pelan, dia menggeleng
“Ah,, mian” Aku kaget dan berusaha
beranjak dari situ, “apa kau tak ingat sudah menabrakku?” ucapnya masih melihat
majalah itu, hmm..? menabrak? Aku berpikir sejenak,
“ah~” aku ingat. dia menatapku dan
tersenyum licik, “sudah ingat?” aku mengangguk, “jeosonghamnida soal yang
tadi..” kataku membungkuk, “aku sedang buru-buru, ada ujian yang..”
“hmm.. hmm..” dia menyelaku dan
menyuruhku kembali duduk, aku menurut. “baru kali ini aku ditabrak wanita yang
bahkan tidak mengenaliku..” ucapnya dengan nada sedih (?) wajahku memerah,
malu. Kalau dipikir-pikir benar juga, masa ada wanita yang menabrak seorang
kyuhyun tapi sama sekali tidak mengenalnya, senyumku mengembang dan tertangkap
oleh matanya.
“ck, kau malah tersenyum..” aku
menatapnya masih tersenyum, “mian~ kyuhyun ssi..” dia hanya mengibaskan
tangannya dengan (sok) cool, “lupakan..”
“tapi, apa yang kau lakukan disini? Apa
mencariku?” tebakku asal, dia menoleh cepat, “mwo? Aigo aigo~ geer sekali
yaa...” jawabnya sambil menatap evil padaku, aku tertawa, refleks.
Untuk beberapa saat dia membiarkaku
tertawa, sudah lama aku tidak serileks ini, mungkin akibat terlalu lelah. Saat
aku berhenti tertawa bibirnya masih manyun menatapku, kyeopta.
“sudah selesai?” tanyanya, aku
mengangguk masih menahan tawa. “aku mencari dongsaengku.. dia kuliah dikampusmu
juga..” aku mengangguk tanda mengerti, “tapi sepertinya dia belum pulang
juga..” ucapnya datar, hm? Belum pulang? Cho kyuhyun? Dongsaeng? Kyu line?
Minho!! Aku terkejut dengan kesimpulan yang kubuat sendiri.
“choi minho?” tanyaku padanya, dia
menoleh “hm..?”
“dongsaeng yang kau cari choi minho
kah?” dia mengangguk, “apa kau chingu nya?” tanyanya, aku menggeleng kuat. “aku
tidak mengenalnya.” Ucapku mantap, tapi sepertinya dia tidak pedulu dan tidak
tahu maksud perubahan nada suaraku, baguslah.
“ah~ aku baru ingat...” ucapnya
tiba-tiba, dia menatapku, “ne ?”
“kau belum memberi tahu namamu..”
katanya polos dan mendekatkan wajahnya padaku, “dan kalau kupikir-pikir baru
kali ini ada wanita yang duduk semeja dengan ku setenang kau.. apa kau bukan
ELF?” tanyanya.. aku tersenyum lagi, setan ini, atau begitulah ia terkenal
dikalangan elf, maknae paling evil yang pernah ditemui, aku menatapnya dalam..
pria ini tidak buruk, ganteng, suaranya bagus, tinggi, wajahnya yang menatapku
saat ini bahkan sangat imut, tidak ada tanda-tanda ada seekor (?) evil yang
bersemayam ditubuhnya.
“shinji imnida,” jawabku, “memangnya
aku harus bagaimana kalau bertemu denganmu?” tanyaku masih tersenyum. Dia
merengut, jengkel “ tentu saja harus senang, kapan lagi kau bertemu penyanyi
terkenal yang tampan sepertiku? Hmm?” aku tertawa lagi, dan mengangguk-angguk
paham.
“baiklah, khyuhyun ssi.. apakah aku
harus minta tanda tangan? Atau foto?” dia terlihat berpikir, “karena aku sedang
baik, kau mendapatkan keduanya.. shin.. ji ssi?” jawabnya mengedipkan sebelah
matanya (wink) dan berpose cute, aku ingin tertawa lagi, dia benar-benar manis.
Dia pulang setalah kami ngobrol agak lama, hatiku terasa lega setelah
berbincang dengannya, sudah beberapa kali perutku sakit karena tertawa akibat
tingkahnya. Dia bahkan meminta no hapeku, aku sih tidak berharap ditelpon, hari
ini saja sudah cukup menyenangkan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar